IJP (TRANSFER BELAJAR)

A. Pengertian Transfer belajar

Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata, yaitu transfer dan belajar. Transfer adalah kata pungut dari bahasa inggris, yaitu pemindahan. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.[1]

Menurut L.D.Crow and A.Crow:

“The carry-over of thinking, feeling, or working, of knowledge of skills, from one learning area to another usually is referred to as the transfer of training.”

(Pemindahan-pemindahan kebiasaan berpikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan belajar yang lain biasanya disebut transfer latihan/ belajar).

Pemindahan hasil belajar itu sebenarnya bisa terjadi dari mata pelajaran satu ke mata pelajaran yang lain atau kehidupan nyata di luar sekolah.[2]

B. Beberapa Teori Transfer Belajar

1. Teori Disiplin Formal/ Ilmu Jiwa Daya

Bertitik tolak dari anggapan bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, daya mengingat, daya pikir dan lain-lain, maka mereka beranggapan bahwa transfer hanya bisa terjadi bila daya-daya tersebut dapat diperkuat dan “disiplinkan” dengan latihan-latihan yang keras dan terus-menurus. Setelah daya-daya itu terlatih maka akan mudah terjadi transfer secara otomatis ke bidang-bidang lain.

2. Teori Elemen Indektik/ Ilmu Jiwa Asosiasi

William James dan Edward Thorndike tidak sependapat dengan pandangan sekelompok ahli jiwa daya, kedua tokoh ini lalu mengkritik antara lain sebagai berikut:

a) Daya ingat tidak dapat diperkuat melalui latihan

b) Pelajaran bahasa latin misalnya tidak akan menaikkan IQ

c) Ilmu-ilmu dalam bidang tertentu (bila ditunjuk dengan istilah Ilmu Jiwa Daya mereka telah terlatih) ternyata lemah dan tidak mampu mengamati menganalisa dalam bidang-bidang lain, ini berarti transfer secara otomatis tidak terjadi.

Kemudian kelompok asosiasi ini berpendapat bahwa transfer hanya akan terjadi bila dalam situasi yang baru terdapat unsur-unsur yang sama (identical elements) dengan situasi terdahulu yang telah dipelajari. Maka bila sekolah menghendaki terjadinya transfer, bahan-bahan pelajaran harus dan mempunyai unsur-unsur kesamaan dengan kehidupan masyarakat.

3. Teori Generalisasi

Peletak pandangan ini adalah Charles Judd, ia beranggapan bahwa transfer bisa terjadi bila situasi baru dan situasi lama yang telah dipelajari mempunyai kesamaan prinsip, pola atau struktur, tidak kesamaan unsur-unsur. Seseorang memahami prinsip demokrasi akan mampu mengamalkan dalam situasi yang berbeda, demikian pula prinsip ekonomi, hukum, pendidikan dan lain-lain.[3]

Faktor yang berhubungan dengan kondisi dan cara yang digunakan untuk memperbesar transfer belajar:

a) Proses belajar: keterlibatan siswa dalam proses belajar, kecermatan dalam persepsi dan kedalaman dalam pengolahan materi yang dipelajari. Dan kesemuanya berkaitan dengan cara-cara belajar dan teknik-teknik studi secara efisien dan efektif

b) Hasil belajar: adanya bersifat terbatas untuk mentransfer seperti informasi verbal dan kemampuan gerak; adapula yang bersifat agak luas, sehingga kemungkinan untuk mentransfer juga demikian, bahkan menjadi bekal untuk dimanfaatkan dalam bidang kehidupan, seperti banyak konsep, kaidah, prinsip, strategi mengatur kognitif dan sikap

c) Bahan atau materi bidang studi, metode dan prosedur kerja yang diikuti dan sikap yang dibutuhkan dalam bidang studi yang bersangkutan

d) Faktor subjektif dari pihak siswa: fungsi kognitif, konitif, afektif, kesemuanya berperan dalam mengadakan transfer belajar dan proses belajar itu sendiri

e) Sikap dan usaha guru, termasuk penguasaan bahan, pemilihan bahan, penggunakan alat peraga, metode mengajar dan tanggung jawab dalam mengembangkan kepribadian para siswa.[4]

C. Struktur kognitif dan transfer belajar

Mengingat pengetahuan tentang sejumlah materi pelajaran cenderung diorganisasi (disusun) secara berurutan dan hierarki, dan apa yang telah diketahui anak didik dan sejauh mana anak didik dan sejauh mana anak didik mengetahuinya, jelas mempengaruhi kesiapan (readness) anak didik mempelajari hal-hal baru.

Dalam pengertian yang lebih umum dan jangka panjang, variabel “struktur kognitif” merupakan substansi serta sifat organisasi yang signifikan terhadap keseluruhan pengetahuan anak didik mengenai bidang studi tertentu, yang mempengaruhi prestasi akademis dalam bidang pengetahuan yang sama di masa mendatang.

Dalam pengertian yang lebih khusus dan jangka pendek, variabel “struktur kognitif” merupakan substansi serta sifat organisasi konsep-konsep dan hal-hal yang lebih relevan di dalam struktur kognitif, yang mempengaruhi belajar dan pengingatan unit-unit kecil materi pelajaran baru yang berhubungan. Karenanya, dalam penerimaan tugas-tugas belajar yang baru

Dalam proses belajar yang bermakna, untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan penyimpanan (retensi) yang baik, materi-materi belajar selalu dan hanya dapat dipelajari bila dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta informasi-informasi yang relevan yang telah dipelajari sebelumnya. Substansi dan sifat organisasi latar belakang pengetahuan ini mempengaruhi ketepatan dan kejelasan pengertian-pengertian baru yang ditimbulkan serta kemampuan memperoleh kembali pengertian-pengertian baru tersebut. Makin jelas, stabil, dan terorganisasinya struktur kognitif anak didik, maka proses belajar yang bermakna dan retensi makin mudah terjadi. Sebaliknya struktur kognitif yang tidak stabi, kabur, dan tidak terorganisir dengan tepat, cendrung merintangi proses belajar yang bermakna dan retensi. Bila permasalahan ini terjadi, maka transfer belajar sukar berlangsung. Karena kekaburan pengertian terhadap kaidah, dalil atau prinsip dalam kaidah mata pelajaran tertentu menyebabkan kerancuan struktur kognitif.[5]

D. Ragam transfer belajar

1) Transfer Positif

Dikatakan positif jika hasil belajar dalam satu mata pelajaran tertentu membantu terhadap mata pelajaran/ situasi yang lain.[6]

Transfer positif memungkinkan seseorang anak didik dalam menghadapi situasi yang baru memperoleh kebaikan-kebaikan, dan bahkan dapat lebih efektif dan efisien.

Contoh: seseorang anak yang telah dapat mengendarai “sepeda”, misalnya lebih efektif dan efesien jika ia belajar mengendarai kendaraan bermotor roda dua. Jadi keterampilan mengendarai sepeda mempunyai pengaruh yang signifikan untuk menguasai keterampilan mengendarai kendaraan bermotor roda dua dalam sutuasi yang lain.

2) Transfer Negatif

Transfer negatif yaitu transfer yang berakibat buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami anak didik bila ia belajar pada situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap ketrampilan/ pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi yang lain.

Contoh: seorang anak yang memulai mempelajari bahasa Inggris. Ia sudah mengetahui arti what, you, dan like. Apabila ketiga kata tersebut dengan pola what yo like? Disini anak hanya mentransfer arti kata, yag justru melakukan kesalahan, disebabkan kerancuan struktur kognitif dalam memahami prinsip tata bahasa Inggris. Karenanya transfer negatif tidak dihindari.

3) Transfer vertikal

Transfer yang berakibat baik dalam mempelajari pengetahuan/ keterampilan yang lebih tinggi dan rumit. Transfer vertikal dapat terjadi dalam diri seorang anak bila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu anak tersebut dalam menguasai pengetahuan/ keterampilan yang lebih tinggi atau rumit.

Contoh: anak didik sekolah dasar, yang telah mengetahui prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu menduduki kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia menduduki kelas III.

4) Transfer lateral

Transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ keterampilan yang sederajat. Transfer lateral ini dapat terjadi dalam diri anak didik bila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar anak tersebut.[7]

E. Nilai Transfer dalam Praktek Kependidikan dan Pengajaran

Apabila tidak adanya persamaan antara belajar di sekolah dengan pola kehidupan di luar sekolah, berarti tidak akan terjadi transfer. Karenanya sekolah hendaknya mengadakan sejumlah daftar mata pelajaran penting yang isinya senada dengan situasi kehidupan dalam masyarakat yang sifatnya selalu berubah-ubah. Isi kurikulum harus dihubungkan dengan pekerjaan yang dicita-citakan atau harus sejalan dengan kebutuhan kerja. Mata pelajaran yang harus dipelajari bukanlah masalah-masalah yang terpisah dan tidak bermanfaat.\, melainkan harus mengarah pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang merupakan sesuatu yang fundamental bagi anak untuk kemudian digunakan secara progresif dalam berbagai macam pengalaman kehidupan.

Oleh karena itu, perhatian guru harus ditujukan dengan sungguh-sungguh ke arah kesamaan-kesamaan yang ada antara pengalaman-pengalaman di dalam dan luar sekolah. Pengertian, pemahaman dan generalisasi yang berguna harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dai pekerjaan mengajar. Anak didik harus dibantu untuk mengembangkan titik pandang ke arah kehidupan di luar sekolah, baik untuk dimasa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang, sehingga ia dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan hidup yang selalu berkembang.[8]

F. Peranan Guru dalam Meningkatkan Transfer

Kurikulum sekolah yang telah banyak meyajikan sejumlah mata pelajaran yang untuk dipelajari oleh anak didik, adalah menuntut sejumlah guru yang masing-masing memegang mata pelajaran, sesuai dengan keahliannya agar dengan mudah dan jelas menanamkan pengertian tentang kaidah, prinsip, dalil dalam mata pelajaran tersebut dalam struktur kognitif anak didik, sehingga hasil belajar dalam mata pelajaran itu dapat ditransfer untuk memperoleh pengetahuan/ keterampilan dalam mempelajari mata pelajaran yang lain.

Kesamaan unsur-unsur tententu dalam mata pelajaran tertentu dapat ditransfer secara timbal balik. Agar transfer dalam belajar terjadi, prinsip korelasi mutlak diperlukan jembatan penghubung antara materi pelajaran yang telah dikuasai sebelumnya dalam mata pelajaran yang berbeda.

Pemberian mata pelajaran dengan penjelasan yang lebih mendekati realitas kehidupan sehari-hari, membuat hasil belajar lebih bermakna. Mata pelajaran tidak lagi dianggap terpisah, tetapi merupakan bagian dari kehidupan. Anak didik tidak lagi menganggap mata pelajaran sebagai teori tanpa guna, tetapi dianggap sebagai mata pelajaran yang hasil dari mempelajarinya dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan di luar sekolah.

Guru harus menjelaskan bahwa mata pelajaran yang dipelajari di sekolah akan bernilai guna dalam kehidupan masyarakat. Penguasaan mata pelajaran agama dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dalam menjalani jembatan kehidupan yang fana. Penjelasan tentang nilai guna mata pelajaran akan meningkatkan transfer dalam belajar. Itulah hasil belajar yang produktif, tepat guna, dan berguna bagi masyarakat dan anak itu sendiri.[9]

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar

a) Taraf intelegensi

Faktor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah kapasitas dasar (kemampuan dasar) yang mebantu timbulnya transfer belajar.

Anak yang pandai cenderung memiliki transfer yang tinggi, dan sebaliknya anak yang kurang pandai cenderung memiliki transfer rendah (minim). Oleh karena, tidak dapat mempertahankan sesuatu informasi yang didapat dalam jumlah yang cukup banyak.

b) Sikap

Timbulnya transfer tidak secara otomatis, melainkan timbul dengan sengaja. Oleh karena itu, sikap serta usaha yang disengaja kearah ini akan membantu timbulnya transfer. Ini berarti bahwa apa yang dipelajari oleh anak didik, dapat dimanfaatkan dan dipraktekkan sesuai dengan situasi dan kondisi, dimana dia berada. Demikian juga sikap guru dan usaha anak didik untuk melakukan perbuatan belajar, tanpa mempengaruhi jumlah transfer.

c) Metode Guru dalam Mengajar

Faktor ini berasal dari guru dan berkisar antara lain pada penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya. Dengan bahan yang sama akan menghasilkan hasil yang berbeda, disebabkan perbedaan dalam pemakaian metode mengajar. Hasil belajar yang dihasilkan dengan penggunaan metode diskusi akan berlainan hasilnya bila guru menggunakan metode ceramah. Pemakaian metode tanya jawab atau brain stroming (metode sumbang saran) diakui keampuhannya dapat meningkatkan kreativitas anak didik. Inisiatif anak didik dapat dipicu dengan metode ini.

Kesalahan pengertian dihindari sehingga tidak terjadi kerancuan dalam struktur kognitif. Kerapian pengorganisasian informasi dalam struktur kognitif dapat melicinkan jalan kearah timbulnya transfer belajar.

d) Isi Mata Pelajaran

Hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer dalam belajar. Suatu mata pelajaran dapat dikuasai bisa dijadikan landasan untuk menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip-prinsipnya.

Contoh: Penguasaan kaidah mata pelajaran bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk mempelajari pelajaran bahasa Inggris, begitu pula sebaliknya.[10]

Kesimpulan

A. Pengertian Transfer belajar

Menurut L.D.Crow and A.Crow:

Pemindahan-pemindahan kebiasaan berpikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan belajar yang lain biasanya disebut transfer latihan/ belajar.

B. Beberapa Teori Transfer Belajar

  1. Teori Disiplin Formal/ Ilmu Jiwa Daya
  2. Teori Elemen Indektik/ Ilmu Jiwa Asosiasi
  3. Teori Generalisasi

C. Struktur kognitif dan transfer belajar

Dalam proses belajar yang bermakna, untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan penyimpanan (retensi) yang baik, materi-materi belajar selalu dan hanya dapat dipelajari bila dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta informasi-informasi yang relevan yang telah dipelajari sebelumnya. Substansi dan sifat organisasi latar belakang pengetahuan ini mempengaruhi ketepatan dan kejelasan pengertian-pengertian baru yang ditimbulkan serta kemampuan memperoleh kembali pengertian-pengertian baru tersebut.

D. Ragam transfer belajar

1) Transfer Positif 3) Transfer Vertikal

2) Transfer Negatif 4) Transfer Lateral

E. Nilai Transfer dalam Praktek Kependidikan dan Pengajaran

Perhatian seorang guru harus ditujukan dengan sungguh-sungguh ke arah kesamaan-kesamaan yang ada antara pengalaman-pengalaman di dalam dan luar sekolah. Pengertian, pemahaman dan generalisasi yang berguna harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dai pekerjaan mengajar.

F. Peranan Guru dalam Meningkatkan Transfer

Guru harus menjelaskan bahwa mata pelajaran yang dipelajari di sekolah akan bernilai guna dalam kehidupan masyarakat. Penjelasan tentang nilai guna mata pelajaran akan meningkatkan transfer dalam belajar. Itulah hasil belajar yang produktif, tepat guna, dan berguna bagi masyarakat dan anak itu sendiri

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar

a) Taraf intelegensi c) Metode Guru dalam Mengajar

b) Sikap d) Isi Mata Pelajaran

Daftar pustaka

Abror, Abd. Rahman abror. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Bahri, Drs. Syaiful djamarah.2002. Psikologi belajar. Jakarta: rineka cipta.

Drs. H. Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.



[1] Drs. Syaiful bahri djamarah, Psikologi belajar,(Jakarta: rineka cipta, 2002), h.188.

[2] Drs. H. Mustaqim, Psikologi Pendidikan,(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001), h.64.

[3] Drs. H. Mustaqim, Psikologi Pendidikan,(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001), h.65-67.

[4] Abd. Rahman abror, Psikologi Pendidikan,(yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1993), h. 97

[5] Drs. Syaiful bahri djamarah, Psikologi belajar,(Jakarta: rineka cipta, 2002), h.191-192.

[6] Drs. H. Mustaqim, Psikologi Pendidikan,(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001), h.65.

[7] Drs. Syaiful bahri djamarah, Psikologi belajar,(Jakarta: rineka cipta, 2002), h.192-194.

[8] Drs. Syaiful bahri djamarah, Psikologi belajar,(Jakarta: rineka cipta, 2002), h.194-195.

[9] Drs. Syaiful bahri djamarah, Psikologi belajar,(Jakarta: rineka cipta, 2002), h.195-196.

[10] Drs. Syaiful bahri djamarah, Psikologi belajar,(Jakarta: rineka cipta, 2002), h.196-198.

ILMU JIWA PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

1. PENGERTIAN

Pendidikan: Interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.[1]

2. TUJUAN

Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan perkembangan diri peserta didik.[2]

3. SASARAN

Sasaran pendidikan: kategori dalam proses pendidikan masing-masing dengan prioritas programnya.[3]

4. BAHAN

Bahan pendidikan: sejumlah komponen dalam pendidikan yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, sumber dan evaluasi.[4]

5. ALAT

Alat pendidikan: Usaha-usaha dan perbuatan-perbuatan si pendidik yang ditujukan untuk melaksanakan tugas mendidik.[5]

6. RENCANA

Perencanaan program pendidikan: proses penentuan dalam menjabarkan isi ke dalam bentuk silabus yang dapat dijadikan dalam pembelajaran.[6]

7. BENTUK

1. Bimbingan terfokus pada upaya/ tindakan pendidikan yang lebih terfokus pada membantu pengembangan domain afektif seperti pengembangan nilai, sikap, minat, motivasi, emosi, dan apresiasi

2. Pengajaran terfokus pada pengembangan domain intelektual/ kognitif

3. Latihan terfokus pada domain psikomotor/ keterampilan.[7]

8. SISTEM

Pendidikan sebagai suatu sistem yang memiliki kegiatan yang cukup kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain yang dapat dilihat secara mikro menjangkau elemen-elemen yang lebih luas, dan makro dapat dilihat dari hubungan elemen peserta didik, pendidik dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan.[8]

9. TEMPAT PELAKSANAAN

Tempat pelaksanaan pendidikan: tempat penyelenggaraan dalam proses pendidikan yang hampir sepenuhnya diserahkan pada masyarakat dengan keadaan yang bervariasi, dari keadaan yang sederhana sampai keadaan yang dapat memenuhi persyaratan.[9]

10. WAKTU PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan pendidikan: waktu yang dibutuhkan dalam proses pendidikan dalam jangka waktu panjang dikarenakan pendidikan bercorak perbuatan mendidik.[10]

11. FAKTOR

Menurut Sutari Imam Barnadib ada 4 faktor pendidikan:

1. Adanya tujuan yang hendak dicapai

2. Adanya subjek manusia (pendidik dan anak didik) yang melakukan pendidikan

3. Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu (milieu)

4. Yang menggunakan alat-alat tententu untuk mencapai tujuan.[11]

12. PELAKSANAAN

Pelaksanaan proses pendidikan: proses untuk merubah tingkah laku dan sikap sesuai dengan tujuan kognitif, afektif dan psikomotor yang merupakan komponen yang sangat penting dalam pola sistem pendidikan.[12]

13. TUGAS

Tugas pendidikan:mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan menjejalkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat menghafal data dan fakta.[13]

14. TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab pendidikan: tanggung jawab yang disandarkan dan dibina oleh orang tua terhadap anak, pendidikan sekolah, dan masyarakat.[14]

15. PENILAIAN

Penilaian pendidikan: salah satu aspek yang hakiki daripada usaha itu sendiri. Penilaian dalam pendidikan tidak dapat dipisah-pisahkan dari usaha pendidikan itu sendiri.[15]

Penilaian pendidikan: sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh man, dalam hal apa dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.[16]

16. DOKUMEN

Dokumen pendidikan: kumpulan teori yang mendidik para cerdik pandai untuk mengatur dan mensistemkan didalam pikirannya apa yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan.[17]

17. PENGAWASAN

Pengawasan dalam pendidikan: Suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.[18]

18. METODOLOGI PENDIDIKAN

Metodologi Pendidikan: semua teknik dan strategi yang telah digunakan oleh pendidik selama bertahun-tahun.[19]

Metodologi pendidikan: jalan yang kita lalui untuk memberikan kepahaman atau pengertian kepada anak didik, atau segala macam pelajaran yang diberikan.[20]

19. MOTIVASI

Motivasi pendidikan: proses membangkitkan dorongan untuk melakukan aktivitas pendidikan.[21]

20. APLIKASI

Aplikasi pendidikan: suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.[22]

21. ORGANISASI

Organisasi pendidikan: Seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan/ diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara pembinaan secara kontinu terhadap pembagian kerja dan tata kerja sekolah/ pendidikan, sehingga kegiatan operasional pendidikan semakin efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.[23]

22. SITUASI

Situasi pendidikan: situasi lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil pendidikan, sehingga lingkungan tersebut menjadi pembatas pendidikan.[24]

PENGAJARAN

1. PENGERTIAN

Pengajaran: Suatu proses yang berlangsung dalam lembaga pendidikan formal yang intinya interaksi guru dan peserta didik.[25]

Istilah pengajaran menurut kamus bahasa Indonesia (1991) berasal dari kata “ajar” artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Kata “mengajar” berarti memberi pelajaran.

Berdasarkan arti-arti ini, kemudian kamus besar bahasa Indonesia mengartikan pengajaran sebagai proses perbuatan, cara mengajar/ mengajarkan.[26]

2. TUJUAN

Proses pengajaran menekankan pencapaian tujuan baik berdimensi kognitif, afektif, maupun psikomotor sehingga pencapai hasil belajar menjadi terpadu dari totalitas kepribadian peserta didik.[27]

3. SASARAN

Sasaran dalam pengajaran: kegiatan-kegiatan pengajaran dalam bentuk kegiatan tatap muka, kegiatan berstruktur dan kegiatan mandiri serta kegiatan pengalaman lapangan yang relevan dengan bidang bersangkutan, pengajaran terpadu, pengajaran remedial.[28]

Sasaran dalam pengajaran: pandangan yang bersifat umum serta arah umum dari tindakan untuk menentukan metode yang akan dipakai dalam proses belajar-mengajar.[29]

4. BAHAN

Bahan pengajaran: segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.[30]

5. ALAT PENGAJARAN

Alat pengajaran dapat dikelompokkan menjadi 2:

a) Alat pengajaran yang bersifat umum

Alat-alat pengajaran yang penggunaannya berlaku untuk semua mata pelajaran. Seperti papan tulis, spidol

b) Alat pengajaran yang bersifat khusus

Alat-alat pengajaran yang penggunaannya berlaku khusus untuk mata pelajaran tertentu. Seperti: mikroskop untuk IPA, jangka untuk matematika.[31]

6. RENCANA

Perencanaan pengajaran: pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.[32]

Perencanaan pengajaran: proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[33]

7. BENTUK

Bentuk pengajaran: struktur dari pengajaran yang bersifat introvert (segala sesuatunya telah ditentukan secara relatif ketat) dan bersifat ekstrovert (apabila tujuan khusus pengajaran, materi dan prosedur yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan, sementara kegiatan pengajaran berlangsung).[34]

8. SISTEM

Pengajaran sebagai sistem: pendekatan mengajar dalam teknologi pendidikan yang merupakan penerapan ilmu dan teknologi dalam proses pendidikan.[35]

Sistem pengajaran terdiri dari guru, murid, kurikulum, ruang belajar, fasilitas belajar, media pengajaran, metode mengajar, evaluasi, dan tujuan.[36]

9. TEMPAT PELAKSANAAN

Tempat pelaksanaan pengajaran: tempat tertentu yang berlangsungnya proses pengajaran, misalnya terjadi di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat.[37]

10. WAKTU PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan pengajaran: sesuatu yang telah ditentukan sesuai dengan bobot materi pelajaran maupun capaian tujuan instruksionalnya diharapkan dapat memberikan sesuatu yang berharga dan berhasil guna bagi peserta didik.[38]

11. FAKTOR

Faktor pengajaran: sesuatu yang mempengaruhi rangkaian kegiatan komunikasi antar subjek didik; guru dan peserta didik, yang terdiri dari faktor tujuan, bahan, guru dan peserta didik, metode dan situasi.[39]

12. PELAKSANAAN

Pelaksanaan pengajaran: Kegiatan yang dilakukan oleh guru seperti dalam bentuk kuis, tugas-tugas, observasi, bertanya langsung kepada siswa tentang pelajaran yang sedang disajikan.[40]

13. TUGAS

Tugas pengajaran: kegiatan pengajaran yang diciptakan oleh guru yang tidak boleh dilakukan asal jadi saja. Akan tetapi perlu dikelola sebaik mungkin sesuai prinsip-prinsip mengajar dan manajemen yang baik.[41]

14. TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab pengajaran: kewajiban seorang guru dalam menciptakan kondisi yang baik dalam memenuhi kebutuhan belajar murid.[42]

15. PENILAIAN

Penilaian terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya, penilaian harus tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran.[43]

Penilaian pengajaran: Penilaian/ penaksiran terhadap pertambahan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum.[44]

16. DOKUMEN

Dokumen pengajaran: rumusan dari bahan pelajaran/ pokok bahasan atau subpokok bahasan (topik-topik atau subtopik) yang akan diajarkan oleh guru.[45]

17. PENGAWASAN

Pengawasan pengajaran: suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.[46]

18. METODOLOGI

Metodologi pengajaran: Pengetahuan yang membicarakan berbagai metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.[47]

19. MOTIVASI

Motivasi pengajaran: usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik/ pelajar yang menunjang kegiatan kearah tujuan-tujuan belajar.[48]

20. APLIKASI

Aplikasi pengajaran: proses dimana pendidik sebagai pengajar yang berperan sebagai orang yang membantu peserta didik untuk belajar dan bertanggung jawab atas terjadinya kegiatan belajar.[49]

21. ORGANISASI

Organisasi pengajaran: menghubungkan atau menggabungkan seluruh sumber daya belajar-mengajar dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[50]

22. SITUASI

Situasi pengajaran: bagian yang mempengaruhi hasil belajar, seperti tujuan yang telah jelas dan materi yang dipelajari juga teratur (sistematis) sehingga proses belajar akan berhasil.[51]

PEMBELAJARAN

1. PENGERTIAN PEMBELAJARAN

[52]Pembelajaran: Proses pengembangan kompetensi di manifestasikan dalam berbagai model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang mendidik.

2. TUJUAN

Tujuan pembelajaran: bagian yang didesain yang mana disesuaikan dengan karakteristik individual dan kebutuhan tiap siswa yaitu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor.[53]

3. SASARAN

Sasaran pembelajaran: Pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam suatu sistem pembelajaran, yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori belajar tertentu.[54]

4. BAHAN

Bahan pembelajaran: perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat/ perangkat keras ataupun oleh dirinya sendiri.[55]

5. ALAT

Alat pembelajaran: Sesuatu (perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan.[56]

6. RENCANA

Rencana pembelajaran: Sesuatu yang mutlak harus dipersiapkan setiap guru, setiap akan melaksanakan proses pembelajaran, walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan dapat dilaksanakan, karena bisa terjadi kondisi kelas merefleksikan sebuah permintaan yang berbeda dari rencana yang sudah dipersiapkan khususnya tentang strategi yang sifatnya opsional.[57]

7. BENTUK

Bentuk pembelajaran: deskripsi dari lingkungan pembelajaran yang bergerak dari perencanaan kurikulum, mata pelajaran, bagian-bagian dari pelajaran untuk merancang material pembelajaran, buku latihan kerja program, multi media, bantuan kompetensi untuk program pembelajaran.[58]

8. SISTEM

Sistem pembelajaran: sistem yang terdapat berbagai sub sistem/ komponen-komponen yang berfungsi dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pengajaran.[59]

9. TEMPAT PELAKSANAAN

Tempat pelaksanaan pembelajaran: tempat belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.[60]

10. WAKTU PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan pembelajaran: jadwal yang digunakan untuk melakukan proses pembelajaran yang mana memberikan keuntungan dan membantu pilihan dalam cara yang lebih efektif untuk menghadirkan isi pembelajaran.[61]

11. FAKTOR

Faktor pembelajaran adalah sesuatu yang mempengaruhi proses pembelajaran, menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif dan menentukan keberhasilan siswa.[62]

12. PELAKSANAAN

Pelaksanaan pembelajaran:

  1. Memberikan bobot perkuliahan yang berimbang antara teori dan praktik
  2. Memberikan/ memperkenalkan dinamika kehidupan dan budaya
  3. Mengembangkan proses pembelajaran berbasis aktivitas peserta didik
  4. Memanfaatkan hasil penelitian dan kajian konseptual untuk kepentingan kualitas pembelajaran
  5. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi secara jelas selama satuan waktu pembelajaran.[63]

13. TUGAS

Tugas pembelajaran: aktivitas penugasan pelajar dari seorang guru kepada kemampuan yang beragam, atau kelompok pembelajaran yang seragam.[64]

14. TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab pembelajaran: menjamin bahwa setiap pelajar percaya bahwa dia atau yang lain akan bertanggung jawab terhadap materi tugas pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman setiap pribadi pelajar atas tanggung jawab kelompok dalam kelas.[65]

15. PENILAIAN

Penilaian pembelajaran: kegiatan yang mengadakan pengukuran terhadap berbagai pencapaian siswa sebagai hasil belajarnya.[66]

16. DOKUMEN

Dokumen pembelajaran: teori mengenai pembelajaran yang dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.[67]

17. PENGAWASAN

Pengawasan dalam pembelajaran: proses menetapkan bagian mana yang perlu disempurnakan atau diperbaiki oleh setiap guru.[68]

18. METODOLOGI PEMBELAJARAN

Pemilihan metode banyak ditentukan oleh tujuan mata pelajaran, karakteristik partisipan (misalnya: usia, tingkat pendidikan), ketersediaan alat bantu pembelajaran, prefensi dan kemampuan instruktur, prefensi dan kemampuan partisipan.[69]

19. MOTIVASI

Motivasi pembelajaran: usaha peserta didik dalam mencapai kebutuhan belajarnya dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar peserta didik, wawancara kepada peserta didik, studi data pribadi peserta didik, kunjungan rumah, dialog dengan orang tuanya.[70]

20. APLIKASI

Aplikasi Pembelajaran: suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[71]

21. ORGANISASI

Mengorganisir dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan seorang guru dalam mengatur dan menggunakan sumber belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara yang efektif dan efisien.[72]

Proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi 4 kegiatan:

1. Memilih alat taktik yang tepat

2. Memilih alat bantu belajar atau audio visual yang tepat

3. Memilih besarnya kelas (jumlah murid yang tepat)

4. Memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur-prosedur serta pengajaran yang kompleks.[73]

22. SITUASI

Situasi pembelajaran adalah bagian dari pembelajaran yang terdiri dari:

· Iklim hubungan intim/ erat antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, guru dengan guru, dan antara unsur pimpinan sekolah.

· Gairah dan kegembiraan belajar peserta didik, sehingga mereka memiliki motivasi kuat dan keluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing.[74]

PELAJARAN

1. PENGERTIAN

Pelajaran: Bahan yang diajarkan yang berupa pengetahuan dan keterampilan.[75]

2. TUJUAN PELAJARAN

Tujuan umum mata pelajaran: penguasaan terhadap kemampuan umum untuk mengatasi sesuatu masalah.

Tujuan khusus dapat berupa penguasaan kemampuan-kemampuan:

1. Menyusun rencana pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara

2. Membuat suasana pewawancaraan santai, tak menegangkan

3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyinggung perasaan

4. Mendengarkan-aktif.[76]

3. SASARAN

Sasaran pelajaran: bagian dari satuan pelajaran yang berpedoman pada pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan, yang didalam materi terkandung aspek-aspek; pengetahuan yang terdiri dari konsep, prinsip, fakta dan prosedur, serta keterampilan produktif.[77]

4. BAHAN

Bahan pelajaran: gabungan antara pengetahuan (fakta, informasi yang terperinci), keterampilan (langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat) dan faktor sikap.[78]

5. ALAT

Alat pelajaran: alat-alat yang khusus digunakan dalam mempelajari satuan bahasan yang bersangkutan (misalnya: mikroskop, jangka, dll). Alat-alat yang umum (kapur, papan tulis, pensil, dll) tidak perlu dicantumkan.[79]

6. RENCANA

Perencanaan materi pelajaran: proses menetapkan cara untuk mendistribusikan meteri pembelajaran dalam yang terencana yang mana tugas tersebut diusahakan bersama dalam situasi yang mereka ciptakan sendiri.[80]

7. BENTUK

Bentuk satuan pelajaran: suatu bentuk yang dimaksudkan apakah kegiatan-kegiatan dari satuan pelajaran seperti TIU, TIK, materi pelajaran dan sebagainya yang disusun kesamping (horizontal) ataupun kebawah (vertikal).[81]

8. SISTEM

Sistem pelajaran: salah satu bagian dari program pelajaran yang memuat satuan bahasan untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan.[82]

9. TEMPAT PELAKSANAAN

Tempat pelaksanaan pelajaran: salah satu dari pemanfaatan sumber pengajaran yang tergantung pada kreativitas guru, biaya, waktu, serta kebijakan lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[83]

10. WAKTU PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan pelajaran: tersedianya alokasi waktu sesuai dengan lingkungan materi ke dalam materi dan keluasan materi.[84]

11. FAKTOR

Faktor mata pelajaran: sesuatu yang mempengaruhi penguasaan penuh terhadap mata pelajaran dalam proses pembelajaran. Seperti bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan dan waktu yang tersedia untuk belajar.[85]

12. PELAKSANAAN

Pelaksanaan pelajaran: hasil dari kegiatan yang berlangsung sejak seorang guru mulai meneliti isi GBPP kemudian mengkaji materi dan menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya.[86]

13. TUGAS

Tugas pelajaran: guru harus menguasai bahan dan materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa dan bahan pelajaran yang mendukung jalannya proses belajar mengajar.[87]

14. TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab pelajaran: memberikan peluang bagi siswa untuk memikirkan dan mengakui setiap racangan mata pelajaran.[88]

15. PENILAIAN

Untuk menilai efektivitas satuan pelajaran digunakan tes akhir yaitu jenis tes tertulis tanpa menggunakan tes awal. Karena bahan yang dibahas adalah bahan baru dan jarang dibicarakan melalui media lain diluar lingkungan sekolah.[89]

16. DOKUMEN

Dokumen materi pelajaran: acuan untuk menyusun program pengajaran yaitu program tahunan, program catur wulan, program satuan pelajaran dan rencana pengajaran.[90]

17. PENGAWASAN

Pengawasan pelajaran: mempertimbangkan metode mana yang paling tepat digunakan dalam menetapkan mata pelajaran, dengan mengingat kegiatan-kegiatan belajar yang telah dirumuskan dan tujuan yang ingin dicapai.[91]

18. METODOLOGI

Metodologi pelajaran: cara dasar dari pemilihan materi pelajaran yaitu tujuan instruksional umum, tingkat perkembangan siswa, pengalaman siswa dan tersedianya waktu dan fasilitas.[92]

19. MOTIVASI

Motivasi pelajaran: usaha guru untuk menciptakan kondisi awal agar mental dan perhatian murid terpusat pada apa yang dipelajarinya sehingga akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar mengajar.[93]

20. APLIKASI

Aplikasi pelajaran: proses penguasaan bahan pelajaran pokok yang menyangkut mata pelajaran yang dipegang guru sesuai profesinya dan bahan pelajaran pelengkap yang dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.[94]

21. ORGANISASI

Organisasi pelajaran adalah komponen yang sesuai fungsinya dalam satuan pelajaran terdiri dari tujuan instuksional umum, tujuan instruksional khusus, materi pengajaran, kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran.[95]

22. SITUASI

Situasi pelajaran: bagian dasar yang mempengaruhi proses pemilihan materi pelajaran.[96]

KURIKULUM

  • Pengertian

Kurikulum: Segala usaha sekolah/ perguruan tinggi yang bisa menghasilkan atau menimbulkan hasil-hasil belajar yang dikehendaki, apakah didalam situasi-situasi sekolah ataupun di luar sekolah/ perguruan tinggi.[97]

Kurikulum: Aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan.[98]

  • Tujuan

Tujuan disusunnya Pedoman pelaksanaan kurikulum RA: Menyamakan persepsi para guru RA dalam berinteraksi dengan anak yang didasarkan pada berbagai teori, praktek lapangan, maupun kajian penelitian anak usia dini yang disesuaikan dengan ajaran Islam.[99]

Tujuan Kurikulum: tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik.

Rumusan tujuannya:

1. Menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan

2. Indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan

3. Pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari pelaksanaan pendidikan.[100]

  • Sasaran

Meliputi berbagai aspek perkembangan anak seperti pemahaman niali-nilai moral dan agama, sosial, emosi, kemandirian, bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni yang berlandaskan ajaran Islam.[101]

Sasaran pelaksanaan kurikulum: Memberi petunjuk bagaimana kurikulum tersebut dilaksanakan disekolah berdasarkan tingkat dan jenjang pendidikan dan proses belajar-mengajar.[102]

SILABUS

  • Pengertian

Silabus: Seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.[103]

  • Tujuan

Tujuan pengembangan silabus: membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam menjabarkan kompetensi dasar menjadi perencanaan belajar-mengajar.[104]

  • Sasaran

Sasaran pengembangan silabus adalah guru, kelompok guru mata pelajaran di sekolah/ madrasah kelompok guru, musyarawah guru mata pelajaran dan dinas pendidikan.[105]

RENCANA PEMBELAJARAN

  • Pengertian

Rencana pembelajaran: sesuatu yang mutlak yang harus dipersiapkan oleh setiap guru, setiap akan melaksanakan proses pembelajaran.[106]

  • Tujuan

Tujuan rencana pembelajaran: Semua siswa bisa mengikuti proses kegiatan belajar sesuai harapan, semua siswa bisa memahami bahan-bahan ajar yang ditawarkan, semua siswa bisa memperoleh berbagai pengalaman baru dan menambah kompetensi sesuai hasil belajar mereka.[107]

  • Sasaran

Sasaran rencana pembelajaran:

Ø Seorang guru harus dengan naluri keguruannya mampu membuat perencanaan yang peduli terhadap berbagai perbedaan yang berkembang dikalangan siswa

Ø Bagaimana seorang guru mengembangkan perilaku terhadap mereka yang memiliki tingkat kemampuan tinggi, rendah atau rata-rata. (keragaman dalam aspek akselarasi kemampuan daya serap dan sesuai dengan latar belakang kultural siswa).[108]

Daftar pustaka

Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2005. Dasar-dasar evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Bahri Djamarah, M.Ag., Drs. Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Agama RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudatul Athfal. Jakarta: Departemen Agama RI.

Drs. Harijanto. 2005. Perencanaan Pengajaran.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Drs. Saliman dan Drs. Sudarsono, S.H. 1994. Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Drs. Syafaruddin, M.Pd, dan Drs. Irwan Nasution, M.Sc. 2005. Manajemen Pembelajaran, Jakarta: PT Ciputat Press.

Drs. Syafaruddin, M.Pd. dan Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc. 2005. Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum Teaching.

Gunawan, Drs. Ary H. 2005. Administrasi Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hadi Miarso, M.Sc., Prof.Dr. Yusuf. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hasan, Drs. H. Fuad. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana, Rineka Cipta.

Hasbullah.2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jasmine, Julia. 2007. Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk:Implementasi Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa.

Majid S.Ag, M.Pd., Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mujiman, M.A. Ph.D., Prof.Drs. Haris. 2006. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prof. Dr.H.Muhaimin, M.A. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada..

Prof.Dr.H.Muhaimin, M.A. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Purwanto, M.P., Drs. M. Ngalim 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto, M.P., Drs. M. Ngalim. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

R.Ibrahim dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Rochaety pontjorini Rohayuningsih, Eti dan Prima Gusti Yanti .2006. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Rohani HM, M.Pd., Drs. Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Kencana, Rineka Cipta.

Rosyada, M.A., Prof. Dr. Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rosyada, M.A., Prof.Dr. Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana.

Salam, Drs. H. Burhanuddin. 2002. Pengantar Pedagogik, Jakarta: Kencana, Rineka Cipta.

Sanjaya, M.P.d., Dr. Wina. 2008. Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning. Bandung: Nusamedia.

Surwarno, Wiji . 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Suryabrata, B.A.,M.A., Ed.S., Ph.D., Drs. Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suryosubroto, Drs. B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syah, M.Ed., Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syaodih Sukmadinata, Prof.Dr.Nana. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



[1] Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.3.

[2] Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.4.

[3] Drs. H. Fuad Hasan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2005), h.51.

[4] Drs. H. Fuad Hasan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2005), h.51.

na, Rineka Cipta, 2005), h.17.

[5] Drs. M. Ngalim Purwanto, M.P., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.176.

[6] Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.,Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.11.

[7] Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.8.

[8] Eti Rochaety pontjorini Rohayuningsih, Prima Gusti Yanti , Sistem Informasi Manajemen Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.7.

[9] Drs. H. Fuad Hasan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2005), h.47.

[10] Drs. H. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2002), h.23.

[11] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.10.

[12] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.147.

[13] Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.,Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.3.

[14] Drs. H. Fuad Hasan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2005), h.63.

[15] Drs. Sumadi Suryabrata, B.A.,M.A., Ed.S., Ph.D., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.297.

[16] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.3.

[17] Drs. H. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2002), h.21.

[18] Drs. M. Ngalim Purwanto, M.P, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.76.

[19] Julia Jasmine, Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk:Implementasi Multiple Intelligences ,(Bandung: Nuansa, 2007), h.138.

[20]Abdul Majid S.Ag, M.Pd, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.136.

[21] Drs. H. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2002), h.105.

[22] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.22.

[23] Drs. Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.81.

[24] Drs. H. Fuad Hasan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2005), h.10.

[25] Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), h.52.

[26] Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.33.

[27] Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), h.95.

[28] Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.97.

[29] Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.157.

[30] Abdul Majid S.Ag, M.Pd, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.60.

[31] R.Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran,(Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), h.123.

[32] Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), h.93.

[33] Abdul Majid S.Ag, M.Pd, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.17.

[34] Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd., Pengelolaan Pengajaran, ((Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2004), h.36.

[35] R.Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran,(Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), h.52.

[36] Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), h.50.

[37] Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.,Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.97-98.

[38] Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd., Pengelolaan Pengajaran, ((Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2004), h.28.

[39] Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd., Pengelolaan Pengajaran, ((Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2004), h.104.

[40] R.Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran,(Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), h.130.

[41] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.55.

[42] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.134.

[43] Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), h.80.

[44] Drs. Hayanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.277.

[45] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.26.

[46] Drs. M. Ngalim Purwanto, M.P., Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.76.

[47] Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), h.112.

[48] Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd., Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2004), h.11.

[49] Wiji Surwarno,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006), h.158.

[50] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.76.

[51] Drs. Haryanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.240.

[52] Prof.Dr.H.Muhaimin, M.A., Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.272.

[53] Drs. Haryanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.261.

[54] Prof.Dr. Yusuf hadi Miarso, M.Sc., Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, ((Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), h.530.

[55] Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd., Pengelolaan Pengajaran, ((Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2004), h.164.

[56] Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd., Pengelolaan Pengajaran, ((Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2004), h.165.

[57] Prof.Dr. Dede Rosyada, M.A, Paradigma Pendidikan Demokratis,(Jakarta: Kencana, 2004), h.120.

[58] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.182.

[59] Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), h.50.

[60] Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.,Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.100.

[61] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.90.

[62] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.58.

[63] Prof. Dr.H.Muhaimin, M.A, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.272-273.

[64] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.208.

[65] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.203.

[66] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.112.

[67] Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.,Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.112.

[68] Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.,Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.7.

[69] Prof.Drs. Haris Mujiman, M.A. Ph.D, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h.71.

[70] Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd., Pengelolaan Pengajaran, ((Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2004), h.170.

[71] Abdul Majid S.Ag, M.Pd, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.111.

[72] Drs. Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), h.110.

[73] Syafaruddin, M.Pd, Drs. Irwan Nasution, M.Sc, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.110.

[74] Drs. Ahmad Rohani HM, M.Pd., Pengelolaan Pengajaran, ((Jakarta: Kencana, Rineka Cipta, 2004), h.64.

[75] Drs. Saliman, Drs. Sudarsono, S.H., Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), h.176.

[76] Prof.Drs. Haris Mujiman, M.A. Ph.D, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h.70-71.

[77] Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.235.

[78] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.32.

[79] Drs. Hayanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.304.

[80] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.209.

[81] Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.308.

[82] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.31.

[83] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.20.

[84] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.30.

[85] Drs. Syafaruddin, M.Pd., Drs. H. Irwan Nasution, M.Sc.,Manajemen Pembelajaran,(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.188-189.

[86] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.32.

[87] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.29.

[88] Melvin L.Silberman, Active Learning ,, (Bandung: Nusamedia, 2006), h.113.

[89] Drs. Hayanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.305.

[90] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.29.

[91] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.63.

[92] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.33.

[93] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.39.

[94] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.20.

[95] Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.307.

[96] Drs. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.33.

[97] Prof. Dr.H.Muhaimin, M.A, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.3.

[98] Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta, Quantum Teaching, 2005), h.32.

[99] Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudatul Athfal, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h.6.

[100] Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta, Quantum Teaching, 2005), h.50.

[101] Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudatul Athfal, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h.6.

[102] Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta, Quantum Teaching, 2005), h.55.

[103] Abdul Majid S.Ag, M.Pd, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.39.

[104] Abdul Majid S.Ag, M.Pd, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.39.

[105] Abdul Majid S.Ag, M.Pd, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.39.

[106] Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), h.120.

[107] Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), h.121.

[108] Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), h.122.